AI Clone Influencer: Fenomena Baru di Media Sosial, Manusia atau Mesin?

 

Gambar Hanya Ilustarsi Sumber: pexels.com

Tahun 2025 menjadi saksi meledaknya tren baru di jagat maya: AI Clone Influencer, yaitu sosok digital yang tampak seperti manusia asli—lengkap dengan suara, mimik, dan gaya personal yang seolah hidup. Namun sebenarnya, mereka 100% dikendalikan oleh kecerdasan buatan.

Tren ini bermula dari kemajuan teknologi voice cloning, deepfake realistis, dan AI video generator seperti Sora dan Runway, yang kini bisa membuat video full-body influencer tanpa memerlukan aktor asli.

“Kami menciptakan karakter ‘Reyna M.’ sebagai fashion influencer AI. Dalam dua bulan, dia mendapat 3,5 juta pengikut dan kontrak brand senilai 500 juta rupiah,” ungkap Kevin Alvaro, co-founder dari startup lokal SynthStar.id.

AI Clone Influencer banyak digunakan untuk:

* Endorsement produk 24/7 tanpa lelah

* Konten kreatif dengan kualitas tinggi dan cepat

* Menjaga citra merek tanpa risiko drama personal

* Kampanye sosial yang lebih terkontrol

Namun, tren ini tak luput dari kontroversi. Banyak netizen mulai mempertanyakan keaslian figur publik, bahkan mengaku merasa "dibohongi" setelah tahu idolanya ternyata bukan manusia sungguhan. Isu etika pun muncul, termasuk soal transparansi, representasi, dan hak cipta wajah manusia.

Pemerintah di beberapa negara, termasuk Jepang dan Korea Selatan, mulai merancang regulasi labelisasi konten AI, yang mewajibkan pemilik akun AI Clone untuk menyertakan tanda khusus.

Di Indonesia, tren ini mulai merebak di TikTok dan Instagram. Influencer virtual seperti “NARA.ai” dan “AKMAL27” bahkan sudah muncul di billboard digital Jakarta.


Fakta Unik:

Menurut riset Global AI Trends 2025, lebih dari 28% pengguna media sosial tidak bisa membedakan influencer manusia dan AI saat melihat konten dalam 10 detik pertama.

Post a Comment

0 Comments